walking to the teks fiya

SELAMAT MENIKMATI APA YANG SAYA SAJIKAN FIYA ASSALAMUALAIKUM WR.WB.

Senin, 16 Maret 2015

Cara Membuat Pupuk Kompos dari Sampah Organik


Sampah Organik adalah merupakan barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai kalau dikelola dengan prosedur yang benar. Organik adalah proses yang kokoh dan relatif cepat, maka tanda apa yang kita punya untuk menyatakan bahwa bahan-bahan pokok kehidupan, sebutlah molekul organik, dan planet-planet sejenis, ada juga di suatu tempat di jagad raya? sekali lagi beberapa penemuan baru memberikan rasa optimis yang cukup penting.
pupuk
Sampah organik adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos). Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis yang proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia. Sampah pasar khusus seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik.
Sampah organik sendiri dibagi menjadi :
  • Sampah organik basah.
Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah mempunyai kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa sayuran.
  • Sampah organik kering.
Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering adalah bahan organik lain yang kandungan airnya kecil. Contoh sampah organik kering di antaranya kertas, kayu atau ranting pohon, dan dedaunan kering.
Cara Membuat pupuk kompos sendiri dari sampah organik tidaklah sulit. Berikut ini adalah cara membuat pupuk kompos.
1. Kompos Jadi Siap Pakai
Kompos alami banyak terdapat di lahan-lahan yang sebelumnya menjadi tempat pembangan sampah organik. Untuk mendapatkannya :
  1. Gali tumpukan sampah (garbage atau sampah lapuk) yang sudah seperti tanah
  2. Pisahkan dari bahan-bahan yang tidak dapat lapuk
  3. Jemur sampai kering, lalu ayak
  4. Bubuhkan 50 – 100 gram belerang untuk setiap 1 kg tanah sampah.
Bahan:
  1. 2 1 /4 hingga 4 m3 sampah lapuk (garbage)
  2. 6,5 m3 kulit buah kopi
  3. 750 kg kotoran ternak memamah biak (± 50 kaleng ukuran 20 liter)
  4. 30 kg abu dapur atau abu kayu
Cara Membuat
1. Buatlah bak pengomposan dari bak semen. Dasar bak cekung dan melekuk di bagian tengahnya. Buat lubang pada salah satu sisi bak agar cairan yang dihasilkan dapat tertampung dan dimanfaatkan.
2. Atau buatlah bak pengomposan dengan menggali tanah ukuran 2,5 x 1 x 1 m (panjang x lebar x tinggi). Tapi hasilnya kurang sempurna dan kompos yang dihasilkan berair dan lunak.
3. Aduk semua bahan menjadi satu kecuali abu. Masukkan ke dalam bak pengomposan setinggi 1 meter, tanpa dipadatkan supaya mikroorganisme aerob dapat berkembang dengan baik. Kemudian taburi bagian atas tumpukan bahan tadi dengan abu.
4. Untuk menandai apakah proses pengomposan berlangsung dengan balk, perhatikan suhu udara dalam campuran bahan. Pengomposan yang baik akan meningkatkan suhu dengan pesat selama 4 – 5 hari, lalu segera menurun lagi.
5. Tampunglah cairan yang keluar dari bak semen. Siram ke permukaan campuran bahan untuk meningkatkan kadar nitrogen dan mempercepat proses pengomposan.
6. 2 – 3 minggu kemudian, balik-balik bahan kompos setiap minggu. Setelah 2 -3 bulan kompos sudah cukup matang.
7. Jemur kompos sebelum digunakan hingga kadar airnya kira-kira 50 -60 % saja.
8. Kalau di daerah kita tidak tersedia kulit buah kopi, cara ke II dapat diadaptasi dengan menggantikan kulit buah kopi dengan hijauan seperti Iamtoro ataulainnya.
2. Kompos Rumah Tangga
Sampah organik secara alami akan mengalami peruraian oleh berbagai jenis mikroba, binatang yang hidup di tanah, enzim dan jamur. Proses penguraian ini memerlukan kondisi tertentu, yaitu suhu, udara dan kelembaban.
Makin cocok kondisinya, makin cepat pembentukan kompos, dalam 4 – 6 minggu sudah jadi. Apabila sampah organic ditimbun saja, baru berbulan-bulan kemudian menjadi kompos. Dalam proses pengomposan akan timbul panas krn aktivitas mikroba. Ini pertanda mikroba mengunyah bahan organic dan merubahnya menjadi kompos. Suhu optimal untk pengomposan dan harus dipertahankan adalah 45-65C.Jika terlalu panas harus dibolak-balik, setidak-tidaknya setiap 7 hari.
Bahan :
  1. Di dalam rumah ( ruang keluarga, kamar makan ) dan di depan dapur disediakan 2 tempat sampah yang berbeda warna untuk sampah organic dan sampah non-organic.
  2. Diperlukan bak plastic atau drum bekas untuk pembuatan kompos. Di bagian dasarnya diberi beberapa lubang untuk mengeluarkan kelebihan air. Untuk menjaga kelembaban bagian atas dapat ditutup dengan karung goni atau anyaman bambu.
  3. Dasar bak pengomposan dapat tanah atau paving block, sehingga kelebihan air dapat merembes ke bawah. Bak pengomposan tidak boleh kena air hujan, harus di bawah atap.
Cara Membuat :
1. Campur 1 bagian sampah hijau dan 1 bagian sampah coklat.
2. Tambahkan 1 bagian kompos lama atau lapisan tanah atas (top soil) dan dicampur. Tanah atau kompos ini mengandung mikroba aktif yang akan bekerja mengolah sampah menjadi kompos. Jika ada kotoran ternak ( ayam atau sapi ) dapat pula dicampurkan .
3. Pembuatan bisa sekaligus, atau selapis demi selapis misalnya setiap 2 hari ditambah sampah baru. Setiap 7 hari diaduk.
4. Pengomposan selesai jika campuran menjadi kehitaman, dan tidak berbau sampah. Pada minggu ke-1 dan ke-2 mikroba mulai bekerja menguraikan membuat kompos, sehingga suhu menjadi sekitar 40C. Pada minggu ke-5 dan ke-6 suhu kembali normal, kompos sudah jadi.
5. Jika perlu diayak untuk memisahkan bagian yang kasar. Kompos yang kasar bisa dicampurkan ke dalam bak pengomposan sebagai activator.
6. Keberhasilan pengomposan terletak pada bagaimana kita dapat mengendalikan suhu, kelembaban dan oksigen, agar mikroba dapat memperoleh lingkungan yang optimal untuk berkembang biak, ialah makanan cukup (bahan organic), kelembaban (30-50%) dan udara segar (oksigen) untuk dapat bernapas.
7. Sampah organic sebaiknya dicacah menjadi potongan kecil. Untuk mempercepat pengomposan, dapat ditambahkan bio-activator berupa larutan effective microorganism (EM) yang dapat dibeli di toko pertanian.

menikmTI COPY AN YA HEHEHEHE...........................


1. Kebun Vertikal



2. Dompet

3. Sapu


4. Pohon Natal


5.  Kandil
 
6. Mosaik dari Tutup Botol

7. Lampu Sendok


8. Langit-langit botol

9. Kotak Pensil Warna
10. Foto Bentuk Bukket
11. Pot Bunga Lucu

12.Bola Lampu Solar

13. Tirai Botol

14. Tempat pakan Burung






sampai bertemu lagi.......................

Rabu, 11 Maret 2015



MADING DI AREA SMPN 14 MALANG MADSING 1

 
  MADING DI AREA SMPN 14 MALANG MADSING 2


  MADING DI AREA SMPN 14 MALANG MADSING 3


  
MADING DI AREA SMPN 14 MALANG MADSING 4




  MADING DI AREA SMPN 14 MALANG MADSING 5



  MADING DI AREA SMPN 14 MALANG MADSING 6





KOLAM SMPN 14 MALANG 1
 


 KOLAM SMPN 14 MALANG 2


 KOLAM SMPN 14 MALANG 3



 KOLAM SMPN 14 MALANG 4


 KOLAM SMPN 14 MALANG 5




 TANAMAN TOGA DI SMPN 14 MALANG


 TANAMAN YANG ADA DI SMPN 14 MALANG




 KOTAK SARAN YANG ADA DI SMPN 14 MALANG



Senin, 02 Maret 2015


 FASILITAS DI SMPN 14 MALANG



KAMAR MANDI PUTRI


PETUGAS KADER KEBERSIHAN KAMAR MANDI SEDANG MEMBERSIHKAN KAMAR MANDI


KAMAR MANDI PUTRI


KAMAR MANDI PUTRA



WESEL TEMPAT CUCI TANGAN 


TANGGA 


ALMARI DI SETIAP KELASNYA 


MACAM MACAM MADING DI BERBAGAI SUDUT TEMBOK SMP NEGERI 14 MALANG 




MADING 1

                                    
                                                                    MADING 2

MADING 3


MADING 4


LAPANGAN SEPAK BOLA SMPN 14 MALANG


LAPANGAN SEPAK BOLA SMPN 14 MALANG


TEMPAT PARKIR GURU SMPN 14 MALANG


Senin, 23 Februari 2015

Biopori, Apa & Bagaimana Membuatnya ?
Membuat sumur resapan kalau di daerah Bandung, dengan ukuran 2 x 2 x 2 m3 biayanya lumayan juga, sekitar 4,5 juta rupiah (thn 2010). Pengerjaannya cukup cepat, 2 hari selesai. Biasanya usaha jasa septik tank yang mempunyai keahlian membuat sumur resapan.
Nah, kalau segitu mahal dan belum tentu ada lahan yang bisa dibongkar, solusi lain adalah lubang BIOPORI. Alatnya terdiri dari mata bor (biasanya diameter 10cm), tangkai dan stang putar. Biasanya lubang Biopori dibuat sedalam 1m. Kalau kita hitung berapa kali permukaan tanah (yang dapat menyerap air) yang kita peroleh dengan lubang biopori adalah sbb:
  • Tanpa lubang Biopori luas permukaan tanah dengan diameter 10 cm adalah 3 x 5 x 5 (phi dibulatkan =3), yaitu 75 cm2
  • Dengan lubang Biopori, luas permukaan tanah :
    • Luas silinder dengan tinggi 100 cm diameter 10 cm adalah (keliling) x (tinggi) = 2 x 3 x 5 x 100 = 3000 cm2
    • Luas lubang dasar = 75 cm2
    • Total luas 3075 cm2
    • Jadi dengan lubang Biopori luas permukaan menjadi 41 kali, artinya dapat menyerap 41 kali lebih banyak dibandingkan permukaan tanah dengan diameter 10 cm.
Seharusnya pada kenyataannya jumlah air yang diserap lebih banyak lagi karena permukaan seluas itu nantinya akan mempunyai porositas yang lebih baik karena adanya aktifitas mikro organisme di dalam tanah karena adanya bahan kompos yang kita masukkan ke dalam lubang Biopori.
Volume lubang biopori 1 m = luas penampang x tinggi = 75 x 100 cm3 = 7.5 liter (lebih karena ada pembulatan), cukup untuk sampah dapur 2-3 hari. Namun akan menyusut seiring belangsungnya proses pengomposan.
BAGAIMANA MEMBUATNYA ?
Pembuatan lubang Biopori cukup mudah dan dapat dicicil. Pertama kita tentukan letak lubang Biopori. Biasanya dibuat di jalur aliran air hujan atau tempat yang lebih rendah sehingga banyak air menggenang. Lubang di sekitar tanaman dapat membantu menyuburkan tanaman tersebut. Jarak antar lubang tergantung keadaan di lapangan, tetapi sebaiknya tidak kurang dari 30 cm. Setelah titik lubang ditentukan, sebelum membuat lubang, siapkan wadah (ember atau plastik digelar) untuk tempat tanah hasil pengeboran supaya area sekitar tidak kotor. Kira2 1 lubang perlu wadah sebesar kaleng cat ukuran 1 pail. Langkah pengeboran sbb :
1.    Putar alat Biopori searah jarum jam. Jika bagian atas mata bor sudah tertutup tanah, angkat alat, keluarkan tanahnya, tampung di wadah. Boleh saja setelah agak dalam baru diangkat tetapi akan terasa lebih berat. Pengeboran dengan arah vertikal.
2.    Pengeboran dilanjutkan sampai kedalaman lubang mencapai 1 m.
3.    Jika permukaan air tanah kurang dari 1 m, kedalaman dibuat kurang dari kedalaman permukaan air tanah karena kompos akan membusuk akibat terendam air terus menerus.
4.    Jika di tengah-tengah terdapat batu sehingga pengeboran tidak dapat diteruskan, hentikan pengeboran, namun lubang tetap dapat dipakai. Jika batu dapat dihancurkan (misal dengan linggis), pengeboran dapat diteruskan.
5.    Mulut lubang boleh diperkuat dengan paralon 4 inci atau semen setinggi sekitar 2 cm, namun alami tertutup rumputpun cukup bagus.
6.    Cuci dan bersihkan terutama mata bor setelah selesai pakai agar tidak mudah berkarat
Isi lubang Biopori boleh apa saja, tetunya yang organik, seperti dedaunan, hasil pangkasan rumput dan sampah sisa dapur. Lubang yang sudah penuh nantinya akan berkurang/menyusut lagi karena proses pengomposan. Lubang resapan Biopori ini juga dapat dibuat di sepanjang selokan. Jika bagian dasar sudah disemen dapat dilubangi sebesar lubang biopori.
http://www.famorganic.com/images/contoh3.jpg
http://www.famorganic.com/images/contoh1.jpg



PENGENALAN SEKOLAH ADIWIYATA 
Apa Itu ADIWIYATA ?
Adiwiyata mempunyai pengertian atau makna: Tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup dan menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan.
TUJUAN PROGRAM ADIWIYATA
Menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah, sehingga di kemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggung jawab dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan.
Kegiatan utama diarahkan pada terwujudnya kelembagaan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan bagi sekolah dasar dan menengah di Indonesia. Disamping pengembangan norma-norma dasar yang antara lain: kebersamaan, keterbukaan, kesetaraan, kejujuran, keadilan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam. Serta penerapan prinsip dasar yaitu: partisipatif, dimana komunitas sekolah terlibat dalam manajemen sekolah yang meliputi keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggung jawab dan peran; serta berkelanjutan, dimana seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus menerus secara komperensif.
INDIKATOR DAN KRITERIA PROGRAM ADIWIYATA
A. Pengembangan Kebijakan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan
Untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan maka diperlukan beberapa kebijakan sekolah yang mendukung dilaksanakannya kegiatan-kegiatan pendidikan lingkungan hidup oleh semua warga sekolah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Program Adiwiyata yaitu partisipatif dan b e r k e l a n j u t a n .
Pengembangan kebijakan sekolah tersebut antara lain:
  • 1. Visi dan misi sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan.
  • 2. Kebijakan sekolah dalam mengembangkan pembelajaran pendidikan lingkungan hidup.
  • 3. Kebijakan peningkatan kapasitas sumber daya manusia (tenaga kependidikan dan non-kependidikan) di bidang pendidikan lingkungan hidup.
  • 4. Kebijakan sekolah dalam upaya penghematan sumber daya alam.
  • 5. Kebijakan sekolah yang mendukung terciptanya lingkungan s e k o l a h yang bersih dan sehat.
  • 6. Kebijakan sekolah untuk pengalokasian dan penggunaan dana bagi kegiatan yang terkait dengan masalah lingkungan hidup.
B. Pengembangan Kurikulum Berbasis Lingkungan
Penyampaian materi lingkungan hidup kepada para siswa dapat dilakukan melalui kurikulum secara terintegrasi atau monolitik. Pengembangan materi, model pembelajaran dan metode belajar yang bervariasi, dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang lingkungan hidup yang dikaitkan dengan persoalan lingkungan sehari-hari (isu local).
Pengembangan kurikulum tersebut dapat dilakukan antara lain:
  • 1. Pengembangan model pembelajaran lintas mata pelajaran.
  • 2. Penggalian dan pengembangan materi dan persoalan lingkungan hidup yang ada di masyarakat sekitar.
  • 3. Pengembangan metode belajar berbasis lingkungan dan budaya.
  • 4. Pengembangan kegiatan kurikuler untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran siswa tentang lingkungan hidup.
C. Pengembangan Kegiatan Berbasis Partisipatif
Untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan, warga sekolah perlu dilibatkan dalam berbagai aktivitas pembelajaran lingkungan hidup. Selain itu sekolah juga diharapkan melibatkan masyarakat disekitarnya dalam melakukan berbagai kegiatan yang memberikan manfaat baik bagi warga sekolah, masyarakat maupun lingkungannya.
Kegiatan-kegiatan tersebutantara lain:
  • 1. Menciptakan kegiatan ekstra kurikuler/kurikuler di bidang lingkungan hidup berbasis patisipatif di sekolah.
  • 2. Mengikuti kegiatan aksi lingkungan hidup yang dilakukan oleh pihak luar.
  • 3. Membangun kegiatan kemitraan atau memprakarsai pengembangan pendidikan lingkungan hidup di sekolah.
D. Pengelolaan dan atau Pengembangan Sarana Pendukung Sekolah
Dalam mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan perlu didukung sarana dan prasarana yang mencerminkan upaya pengelolaan lingkungan hidup, antara lain meliputi:
  • 1. Pengembangan fungsi sarana pendukung sekolah yang ada untuk pendidikan lingkungan hidup.
  • 2. Peningkatan kualitas penge-lolaan lingkungan di dalam dan di luar kawasan sekolah.
  • 3. Penghematan sumberdaya alam (listrik, air, dan ATK).
  • 4. Peningkatan kualitas pelayanan makanan sehat.
  • 5. Pengembangan sistem pengelolaan sampah.
PENGHARGAAN ADIWIYATA
Pada dasarnya program Adiwiyata tidak ditujukan sebagai suatu kompetisi atau lomba. Penghargaan Adiwiyata diberikan sebagai bentuk apresiasi kepada sekolah yang mampu melaksanakan upaya peningkatan pendidikan lingkungan hidup secara benar, sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Penghargaan diberikan pada tahapan pemberdayaan (selama kurun waktu kurang dari 3 tahun) dan tahap kemandirian (selama kurun waktu lebih dari 3 tahun).
Pada tahap awal, penghargaan Adiwiyata dibedakan atas 2 (dua) kategori, yaitu:
  • 1. Sekolah Adiwiyata adalah, sekolah yang dinilai telah berhasil dalam melaksanakan Pendidikan Lingkungan Hidup.
  • 2. Calon Sekolah Adiwiyata adalah. Sekolah yang dinilai telah berhasil dalam Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup.
Pada tahun 2007 kuesioner yang diterima oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup dari seluruh Indonesia sebanyak 146 sekolah yang berasal dari 17 propinsi. Setelah melalui tahaptahap seleksi penilaian, maka ditetapkanlah 30 sekolah sebagai calon model sekolah Adiwiyata tahun 2007. Sedangkan 10 sekolah yang telah terseleksi sebelumnya di tahun 2006 (meliputi ruang lingkup Pulau Jawa) ditetapkan sebagai sekolah penerima penghargaan Adiwiyata sesuai dengan kategori pencapaiannya.
TATA CARA PENGUSULAN CALON PENERIMA PENGHARGAAN ADIWIYATA
Setiap Sekolah dapat diajukan oleh Pemerintah Daerah sebagai calon Sekolah Adiwiyata sesuai dengan kuota yang ditetapkan oleh Kantor Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
Pengajuan calon sebagaimana dimaksud diatas dilakukan dengan mengisi kuesioner dan menyertai lampiran yang diperlukan sesuai dengan formulir yang telah disediakan oleh Kantor Negara Lingkungan Hidup.
Calon sekolah Adiwiyata dan sekolah Adiwiyata akan diteliti lebih lanjut oleh Dewan Pertimbangan Adiwiyata.
Penerima penghargaan calon dan sekolah Adiwiyata ditetapkan dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup.
MEKANISME PENILAIAN PROGRAM ADIWIYATA
Pada dasarnya peluang mengikuti program Adiwiyata terbuka bagi seluruh sekolah di tanah air Indonesia. Mengingat keterbatasan yang ada dan kepentingan dari semua pihak terkait, maka dalam proses seleksi dan peni laian, Kementerian Negara Lingkungan Hidup dibantu oleh berbagai pihak, antara lain: Pemerintah Daerah setempat (dalam hal ini dikoordinir oleh BPLHD/Bapedalda Propinsi), bekerja sama dengan Dinas Pendidikan setempat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Akademisi dan pihak swasta lainnya.
Tim Penilai Adiwiyata pun terdiri dari berbagai pemangku kepentingan yaitu: Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Departemen Pendidikan Nasional, LSM yang bergerak di bidang lingkungan, Jaringan Pendidikan Lingkungan, Perguruan Tinggi, Swasta dll. Sedangkan Dewan Pengesahan Adiwiyata terdiri dari Pakar Lingkungan, Pakar Pendidikan Lingkungan, wakil dari Perguruan Tinggi dlsbnya.